RUMAH ADAT SEBAGAI CERMINAN KEARIFAN LOKAL
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pagaralam
merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Indonesia,khususnya di Propinsi Sumatra
Selatan yang kaya akan keindahan alam dan seni budayanya. Keindahan alam
tersebut, dapat dilihat melalui
pemandangan di kaki Gunung Dempo dengan hamparan perkebunan teh menghijau.
Secara
geografis Kota Pagaralam terletak pada 40
lintang selatan dan 150 bujur timur dengan suhu antara 270-300
. Kota Pagaralam memiliki luas 63.336 ha dengan batas
administrative sebagai berikut :
ª
Sebelah batas Utara , Timur , dan Barat
berbatasan dengan Kabupaten
Lahat.
ª Sebelah
Selatan berbatasan dengan Propinsi
Bengkulu.
Jumlah penduduk Kota Pagar Alam/Bumi Besemah adalah 120.217 juta jiwa yang terdiri dari 5 Kecamatan , 35 Kelurahan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta Kota Pagaralam berikut:
Di Pagar Alam terdapat banyak seni budaya,diantaranya seni
budaya berupa Rumah Tradisional. Rumah Tradisional Kota Pagar Alam dikenal dengan nama Rumah Baghi yang
memiliki makna dan arti penting bagi masyarakat Besemah/Kota Pagar Alam.
Berdasarkan
uraian di atas penulis tertarik untuk menulis karya tulis dengan permasalahan
Rumah Tradisional Besemah sebagai Cerminan kearifan lokal Masyarakat Kota Pagar
Alam.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimanakah
Rumah Tradisional Besemah sebagai Cerminan kearifan lokal Masyarakat Kota Pagar
Alam?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis
ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Rumah Tradisional Besemah
sebagai Cerminan kearifan lokal Masyarakat Kota Pagar Alam.
D.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini
meliputi: Cerminan kearifan lokal yang
terdapat dalam Rumah Tradisional Besemah
yang berlokasi di Desa Pelang Kenidai.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini
adalah,menumbuhkan minat dan pemahaman generasi muda untuk mengetahui dan
melestarikan budaya daerah,khususnya budaya rumah tradisional Kota Pagar Alam.
PEMBAHASAN
RUMAH TRADISIONAL BESEMAH/KOTA PAGAR ALAM
Di
kota Pagaralam atau tepatnya adalah Besemah memiliki rumah tradisional yang telah berdiri ribuan tahun yang lalu
bahkan ada rumah yang telah berumur 2000 yang terdapat di Desa Pelang Kenidai ,
Meringang , Gunung Agung Pauh , Bumi Agung Tegur Wangi Lama , Pagar Banyu dan
lain-lain tahun jadi kesimpulanya rumah tradisional besemah sudah lama berdiri
dibandingkan rumah tradisional dari Palembang yaitu rumah Limas. Rumah
adat besemah terdiri dari
4 macam yaitu
- Rumah Piabung Padu Tiking
merupakan cikal bakal bangunan
pada daerah besemah . pada rumah ini tidak terdapat
ukiran seperti pada rumah yang kita ketahui sebelunya. Rumah ini dibangun jauh sebelum masehi namun tidak
ada yang mengetahui kapan tepatnya
rumah tersebut didirikan dan rumah ini murni sebagai tempat tinggal atau tempat beristirahat
- Rumah Piabung
sama halnya dengan rumah
piabung padu tiking rumah ini juga tidak terdapat ukiran
dan juga dibangun sebelum masehi dan fungsi dari rumah ini juga sama dengan
rumah piabung padu tiking
- Rumah Tatahan
rumah tatahan adalah
satu-satunya rumah yang memiliki ukiran dan disetiap ukiran dalam rumah tatahan memiliki arti dan doa-doa kepada
sang pemilik rumah.Karena rumah tersebut
didirikan dengan mempergunakan tiang maka rumah
itu dapat digolongkan sebagai jenis rumah penggung artinya rumah yang memiliki tiang.
- Rumah Gilapan
rumah gilapan serupa
dengan rumah piapung padu tiking dan rumah piapung tidak memiliki ukiran dan
fungsinya juga sebagai tempat tinggal atau tempat beristirahat saja hanya saja rumah ini dibangun beberapa
ratus tahun setelah masehi.Sama halnya dengan rumah tatahan maka rumah gilpan
ini tergolong kepada rumah panggung, karena memiliki tiang.Perlu diketahui
bahwa baik tiang pada rumah tatahan maupun pada rumah gilapan tiang-tiang
tersebut tidak ditanam dalam tanah tetapi diletakkan saja di atas tanah
kemudian sekelilingnya diberi batu-batu sebagai penahanya, keadaan tiang
seperti itu disebut tiang duduk
- Fungsi Tiap-Tiap Ruangan
1.
bagian depan yang disebut garang berfungsi juga sebagai
dapur
2.
bagian dalam atau tengah disebut sengkar bawah bila ada
upacara adat maka tempat ini dijadikan untuk melakukan kegiatan sehari-hari
serta tempat tidur.
Bentuk kedua rumah itu sama. Hanya ada tidaknya
ukiran yang membedakan karena keberadaan ukiran merupakan cerminan status
sosial pemilik rumah yang tinggi
Rumah
yang masih bertahan sampai saat ini adalah rumah tatahan karena memiliki ukiran yang dapat menarik wisatawan asing
untuk berkunjung melihat rumah tradisional besemah ini. Rumah tatahan dibangun
sekitar abad pertama dan pada saat itu agama islam belum masuk di daerah Besemah oleh sebab itu masyarakat besemah
menganut agama animisme dan sawawi atau langit namun sebagian besar
masyarakatnya menganut agama sawawi. Kata besemah sendiri berasal dari nama
ikan yaitu ikan semah yang merupakan ikan khas daerah besemah. Pada saat itu
masyarakat besemah sangat percaya dengan keberadaan para dewa oleh sebab itu
rumah besemah khususnya rumah tatahan sangatlah besar karena menggunakan kayu
yang sangat besar untuk diameter tiangnya saja dapat mencapai 80-120 cm. rumah
tatahan terdiri dari berbagai komposisi yang membangun rumah tersebut. Yaitu
ada 12 komposisi yang membangun rumah tersebut yaitu
- Tapak’an tiang
- Tiang duduk
- Thailan
- Paduan bawah
- Sake jerejak empat
- Paduan atas
- Tiang bubungan
- Belayar
- Paguantu
- Bubungan
- Pegambung
- Penjuring
Tiang
pada rumah tatahan berjumlah 9 yang melambangkan batang hari Sembilan dan kayu yang digunakan adalah kayu rimau yang
kualitasnya hampir sama dengan kayu jati namun masyarakat menggunakan kayu
rimau dikarenakan cocok untuk daerah Besemah yang dingin dan kayu-kayu yang
dijadikan sebagai tiang rumah tatahan sangatlah besar diameter kayunya sekitar
80-120cm. dan kayu tersebut diangkut dari atas bukit. Cara masyarakat
mengangkat kayu tersebut adalah dengan melibatkan roh-roh halus dengan
menyediakan sesajen sebagai upahnya. Hal ini dikarenakan belum masuknya islam
di daerah besemah.
Pada
bubungan atau atap rumah juga terdapat beberapa perubahan yaitu sebagai berikut
- Atap ijuk (memusang)
- Gelumpai (bilah dan menggunakan sembilu untuk mengaitkanya)
- Kaleng
- Seng
Pada
bagian ujung atap rumah tradisional besemah terdapat benda membentuk silang
yang disebut penjuring. Namun ada
pula rumah yang menggunakan bulan
kemanggal atau kepala kerbau
Pada
bagian dalam rumah tradisional besemah terdapat seperti panggung yang terdiri
atas 4 tingkatan, atau membedakan antara masyarakat biasa dan para dewa berikut
adalah nama tingkatan tersebut yaitu:
- Sekar bawah (untuk para budak)
- Sekar tiding (untuk parolaman atau masyarakat biasa)
- Sekar tengah (untuk para priyai atau bangsawan)
- Sekar atas atau sekar pucuk (untuk para supranatural atau para dewa)
Namun
setelah islam masuk di daerah besemah sekar atas atau sekar pucuk dihilangkan
sehingga sampai sekarang hanya ada 3 tingkatan saja
Pada
bagian dalam rumah tradisional besemah juga tidak memiliki sekat atau pembatas
antara ruangan yang satu dengan yang lain hal tersebut menandakan bahwa
masyarakat besemah memiliki sifat yang transparan atau terbuka kepada siapapun.
Dalam
pembangunan rumah tradisional besemah untuk menyatukan antara bagian satu
dengan bagian yang lainya tidak menggunakan paku atau sebagainya melainkan
menggunakan sistem kunci atau dalam
bahasa besemahnya nyimpul paduan.
Sistem kunci ini seperti menyambungkan antara bagian satu dengan bagian yang
lainya dan bertemu pada satu titik. Jika kita ingin membongkar rumah tersebut
cukup dengan membuka kunci pada titik tersebut dan semuanya akan segera terbuka
secara otomatis. Pada kayu-kayu yang menjadi dinding rumah tradisional besemah
tersebut permukaanya sangatlah halus dan juga dalam pemotonganya sangatlah rapr
padahal pada saat itu belum ada pisau atau dalam bahasa besemahnya kuduk untuk
memotongnya dan amplas untuk menghaluskanya. Menurut mitos yang beredar semua
pekerjaan tersebut dilakukan oleh bantuan dari roh halus karena pengakuan dari
salah satu sejarahwan besemah Bpk.Satarudin
pada saat itu mereka membelah kayu dengan menggunakan tangan kosong, jangankan
kayu batu saja pada saat itu dapat dengan mudah dibagi menjadi beberapa bagian.
Pada bagian pintu rumah terdapat
penarik pintu yang disebut tali andong berikut adalah gambar dari tali andong tersebut
Tali
andong
Pada bagian luar rumah
tradisional terdapat ukiran-ukiran yang didalam setiap ukiranya terdapat doa
dan harapan bagi pemilik rumah yaitu sebagai berikut
Mendale
kencane
Kencane
mandulike
teratai
Kencane mandulike merupakan symbol persatuan yang kuat diantara
sesame penghuni rumah. Bagian tengah dari kencane
mandulike umumnya terdapat lubang yang digunakan sebagai tampat mengintip
penghini rumah terhadap kondisi dan suasana di luar rumah
(SIMBAR
BULAH)
Arti dari simbar
bulah adalah kemakmuran baik yang menghuni rumah tersebut maupun masyarakat
sekitar
(LENGKE
NAIK-NAIK)
Lengke naik-naik melambangkan
orang yang sedang naik daun atau berpangkat
Pada bagian ujung dari
rumah tradisional besemah terdapat ukiran bungan yang disebut bunge belur kembang melati berikut
adalah gambar dari bunge belur kembang
melati
Bunge belur kembang melati melambangkan kesejahteraan , keamanan ,dan
kenyamanan orang yang meninggali rumah tersebut
ª
munce
knebong : pertumbuhan atau perkembangan yang pesat
ª pakulayu : melambangkan perekonomian masyarakat
yang berkembang pesat
ª daun
ubi : melambangkan bahwa
masyarakat besemah memiliki seni yang halus
Pada rumah
tradisional besemah ini terdapat tangga yang dalam pembuatanya menggunakan
penghitungan dan harus jatuh pada bilangan ke-empat . perhitungan tangga
tersebut adalah (tangge , tunggu ,
tinggal) dan haris jatuh pada kata-kata tangge
Masyarakat besemah
memiliki semboyan yang mengutamakan
kebudayaan besemah yaitu
- Besemah peradaban tertua
- Besemah berbudaya tinggi
- Besemah memiliki bahasa dan tulisan sendiri
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN